Penderita stroke hampir pulih karena
terapi di air memakai AA Water Jogging Belt
Penderita stroke, menurut Dr. Peni, akan lebih mudah berlatih berjalan di dalam air daripada di darat karena pengaruh gaya apung air membuat tubuh lebih ringan. Jika berjalan di darat, tubuh manusia lebih berat karena mengalami gaya tarik bumi atau gravitasi. Itu sebabnya penderita stroke yang mengalami kelumpuhan cenderung sulit berjalan jika di darat. Selain itu, ketika masuk dalam kolam air sebatas pusar, berat tubuh tinggal 50 persennya. Apabila kita berendam dalam kolam air setinggi dada, berat tubuh akan berkurang sckitar 70 persen. Karena itu, latihan yang sulit dilakukan di darat dapat dilakukan di dalam air

Selama melakukan terapi latihan di air, bila tidak menggunakan alat bantu, seorang penderita stroke idealnya dibantu oleh empat orang pelatih, tiga orang berada di dalam kolam renang, sedangkan satu orang berada di luar kolam untuk memantau setiap keadaan yang dialami penderita stroke. Peiatih yang di luar kolam bertugas mengawasi keadaan yang ada di dalam kolam. Hal ini dilakukan apabila terjadi sesuatu, misalnya keadaan darurat, bisa segera diambil tindakan yang cepat.


Namun apabila menggunakan alat bantu seperti Water Jogging Belt, cukup dibantu oleh paling banyak dua orang saja, karena alat ini sudah akan membuat pemakainya selalu bisa mengapung dengan tubuh tegak dan kepala senantiasa diatas air. Para pembantu latihan cukup menjaga dan membantu memegang dengan tenaga yg sangat minimal.

Dengan menggunakan sabuk pelampung seperti Water Jogging Belt itu latihan bahkan bisa dilakukan di air dalam dengan kaki tidak menyentuh dasar kolam sehingga lebih banyak membebaskan si penderita dari menanggung beban tubuh, karena telah disangga oleh pelampung yang secara ergonomis menopang bagian bawah punggung dengan nyaman dan membuat tubuh dalam posisi tegak serta kepala  berada diatas air.


Menurut Suharto sebagai dokter spesialis olahraga, renang merupakan salah satu terapi air {hydrotherapy), bagian dari proses penyembuhan saraf yang terganggu atau bahkan rusak, seperti penderita stroke. Proses penyembuhan dalam air merangsang saraf sensorik, lalu merangsang sel-sel otak. Di dalam air, tekanan tubuh menjadi lebih ringan, sehingga bisa menguatkan ketahanan otot. Anggota tubuh di dalam air akan lebih mudah digerakkan dan dilatih kelenturannya untuk menguatkan otot-otot dan sendi-sendi tubuh karena hilangnya gravitasi tubuh. Seorang penderita stroke ketika di air, yang sebelumnya tidak bisa berdiri, maka akan lebih mudah berdiri dan berlatih gerak yang lain. Terapi latihan bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien. Melatih tangan dulu sebagian, baru kemudian seluruhnya, begitu juga dengan kaki.

Penanganan satu kasus stroke dengan kasus lainnya beda. Untuk itu, terlebih dahulu pasien harus berkonsultasi dengan dokter rehabilitasi medik, baru kemudian program-program latihan diberikan.
Program terapi latihan tersebut biasanya adalah sebagai berikut:
·         Terapi latihan dilakukan dengan jangka wakm 6-8 minggu,
·         Durasi 2 kali seminggu,
·         Sekali terapi waktunya 1 jam.




Pada penderita stroke, waktu pemulihan tergantung berat-ringan dan jenis strokenya, apakah akibat perdarahan atau penyumbatan. Gerakan yang dilakukan pada penderita stroke adalah secara rileks, sesuai kemampuan, dan bertahap. Selain jenis penyakitnya, pemulihan stroke juga bergantung dari motivasi pasien scndiri. Dalam setiap satu sesi terapi, instruktur selalu mengajak penderita stroke melakukan evaluasi program. Begitu seterusnya sampai program yang ditentukan berakhir. Kunci keberhasilan penyembuhan ada pada semangat dan kedisiplinan pasien, terutama dalam hal berlatih.

Menurut Neil F. G, dalam beberapa jam sampai beberapa bulan setelah stroke, banyak penderita stroke secara bertahap mengalami perbaikan sebagian atau menyeluruh mulai dari kelainan syaraf, misalnya kelumpuhan, hilang rasa, hingga kekacauan mental.


Tujuan terapi latihan di air adalah membantu mempercepat pemulihan. Badan adalah bagian yang paling peka di dalam menerima pengaruh terapi latihan setelah 6 bulan pertama terjadi stroke, sehingga apabila ada usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki syaraf yang kurang berfungsi, maka cacat akan dapat dihindarkan.